Maulid Nabi dan Ekspresi Rindu Muhammad SAW
Oleh Bustanol Arifin, M.Sos.
Bilal, menjelang wafatnya, raut wajahnya nampak begitu bahagia. Sementara, isterinya yang mendampingi menangis sedih. Bilal berbahagia, lantaran ia akan segera bersua dan berkumpul kembali bersama sang kekasih, Muhammad SAW.
Konon, karena saking rindunya pada nabi, ia tidak mampu lagi mengumandangkan adzan setelah wafatnya nabi Muhammad SAW. Isterinya sedih, sebab ia akan berpisah dengan Bilal, suaminya.
Sahabat lain, Abu Bakar Ash-Shiddiq, juga demikian. Katanya, “Sungguh, malam yang paling bahagia adalah malam kematianku.
Sebab, aku akan segera bertemu denganmu wahai Rasulullah.”
Bahkan, sebagian ulama mengatakan kalau wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq
disebabkan oleh wafatnya nabi Muhammad SAW. Sepeninggal beliau, rindunya pada
nabi tidak pernah bertepi.
Begitulah gambaran ekspresi orang-orang yang rindu pada nabi Muhammad SAW. Manusia paling agung di atas muka bumi ini, pencerah, pemersatu dan penyelamat umat yang mengikutinya.
Rindu
datangnya dari cinta, dan tidak ada cinta melebihi cintanya pada Allah SWT dan
nabi-Nya, tidak ada rindu yang lebih berat kecuali kepada Rasulullah SAW. Cintanya
pada Allah SWT dan nabi Muhammad SAW melebihi cintanya pada diri sendiri.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidak
sempurna iman seseorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada orang
tuanya, anaknya dan seluruh umat manusia.” (H.R: Bukhari) di hadis lain
juga disebutkan: “Ada tiga perkara yang jika seseorang memilikinya, nicaya
ia akan merasakan manisnya iman; orang yang menjadikan Allah dan rasul-Nya lebih
ia cintai dari selainnya, orang yang mencintai saudaranya karena Allah, ......”
(H.R: Bukhari)
Cinta tidak hanya melahirkan
rindu, tapi juga ketaatan. Orang yang cinta pada Allah SWT dan nabi Muhammad
SAW, maka ia akan tunduk serta patuh kepada seluruh titah-Nya, menjauhi segala
larangan-Nya. “Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kalian benar-benar mencintai
Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni
dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S: Ali Imran:3)
Secara jasad, mungkin kita tidak dapat lagi bersua dengan baginda nabi Muhammad SAW, namun sosoknya bisa kita kenal melalui sirahnya.
Akhlaknya bisa kita temui lewat Alquan dan sunnahnya, sabda-sabdanya dapat kita jumpai lewat kitab-kitab hadis yang ditulis para ulama.
Siapapun, yang mempelajari sosok nabi Muhammad SAW akan menjadi orang besar dan
yang mengamalkan sunnahnya akan menjadi manusia mulia.
Maulid nabi Muhammad SAW yang dirayakan setiap bulan Rabiul Awal merupakan salah satu ekspresi kecintaan dan kerinduan orang-orang beriman kepada sang kekasih, riang gembira karena Allah SWT telah mengutus manusia paling terpuji ke dunia.
Sembari kita sebagai hamba berharap syafa’at
darinya di akhirat kelak dengan memperbanyak baca salawat, pujian, serta doa
baik dalam keramaian maupun kesendirian.
Selain karena termasuk perintah
Allah SWT sebagaimana termaktub dalam surah Al Ahzab ayat 56 supaya kita
senantiasa bersalawat dan mengucapkan salam kepada nabi Muhammad SAW, beliau
juga pernah bersabda: “Siapa saja yang bersalawat kepadaku, niscaya Allah
SWT bersalawat kepadanya sepuluh kali, dan menghapus sepuluh dosanya serta
meninggikan derajatnya sepuluh tingkatan.” (HR: An-Nasa’i)
Bukan hanya kita yang rindu pada
nabi Muhammad SAW, beliau juga sangat cinta dan rindu pada umatnya. Ketika hari
kebangkitan tiba nanti, manusia pertama yang dibangkitkan oleh Allah SWT adalah
nabi Muhammad SAW.
Ketika itu pula, kalimat pertama yang diucapkan rasulullah adalah, “Di mana umatku?” dan beliau tidak mau masuk surga sebelum umatnya masuk surga. Semoga rindu kita saat ini dapat terobati dengan berjumpanya kita bersama nabi Muhammad SAW di surga Allah kelak. Wallahu a’lam
*Penulis adalah Sekretaris Jenderal Pemuda Hidayatullah