News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Majelis Online Pemuda Bahas Sumbangsih di Kancah Antarbangsa

Majelis Online Pemuda Bahas Sumbangsih di Kancah Antarbangsa

JAKARTA - Pemuda harus terus berupaya produktif dan berkiprah positif meskipun tengah berada dalam situasi sulit seperti di masa pandemi Covid-19 seperti saat sekarang ini.

Demikian disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah Imam Nawawi dalam acara Majelis Online Pemuda (MOP) melalui Google Meet mengangangkat tema "Menembus Delapan Penjuru: Merancang Sumbangsih Pemuda di Kancah Antarbangsa, Sabtu (13/6/2020).

Nawawi mengatakan, andaipun kemudian wabah Covid-19 berjalan sampai 3 tahun yang masanya sama dengan periode kepengurusan Pemuda Hidayatullah, maka segala upaya gerakan harus terus dilakukan meskipun dengan segala dinamikanya.

"Maka apa yang bisa kita lakukan kita sudah menemukan jawabannya bahwa kita harus terus melakukan konsolidasi wawasan, konsolidasi organisasi dan konsolidasi ilmu," kata Nawawi.

Nawawi mengilusrasikan kondisi wabah yang melanda kita saat ini seperti masa dimana Rasulullah diboikot selama 3 tahun. Namun bagaimana pun kondisinya, dia menegaskan, tak menghentikan kreatifitas kita untuk bergerak.

"Mudah-mudahan setelah ini semakin ada progresif. Ada internet yang tidak bisa menghalangi kita untuk melakukan berbagai hal positif. Penting juga tadi yang disampaikan tentang ketahanan informasi," imbuhnya.

Ketahanan informasi, lanjut Nawawi, adalah sebagai sebuah sarana untuk membangun kekuatan diri di dalam merespon keadaan.

Dan hal itu, menurut Nawawi, sangat penting karena ini adalah warisan dari pendiri Hidayatullah Abdullah Said yang telah membangun media sebagai bagian dari ketahanan informasi.

"Di era digital ke depan ini merupakan sebuah tantangan karena bukan sekedar soal media sebagai kekuatan tetapi ini adalah perjuangan, yang, tentu saja, kalau itu sampai tidak memberikan kontribusi berarti kita gagal mempertahankan warisan yang sangat baik dan sangat berpengaruh di negeri kita ini," Nawawi.

Nawawi mengatakan, disadari bahwa usia pemuda adalah masa terbaik untuk menempa diri kita menuju cita-cita.

Nawawi lantas mengingatkan agar dalam proses itu kita mampu bersabar sebagaimana tidak tergesa-gesanya Imam Al Ghazali yang dengan ikhtiar panjangnya mampu melahirkan manusia sekaliber Salahuddin Al Ayyubi yang kelak menjadi hulu ledak tampilnya kembali peradaban Islam.

"Kita tidak boleh terbatas oleh keterbatasan kita. Mari menjadi orang yang punya optimisme tinggi walaupun situasinya sulit," kata Nawawi seraya menukil tafsir Surat Ar-Rum, ayat 1-7.

Nawawi menjelaskan, jikalau kita memperhatikan berbagai perjuangan atau penaklukan muslim, ternyata selalu ada juga perjuangan kalangan orang lemah (mustadh'afin) yang awalnya misalnya budak kemudian menjadi ulama bahkan menjadi seorang mujtahid seperti Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail al-Adawi yang kemudian belajar Quran kepada Ibnu Abbas.

Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail al-Adawi bercerita bahwa dirinya membaca Al Quran 30 kali di hadapan Ibnu Abbas. Lalu ada Ikrimah Al Qurosyi Al Hasyimi, bekas budak Ibnu ‘Abbas, yang dididik oleh Abbas dan kelak menjadi seorang pakar tafsir.

Menariknya, lanjut Nawawi, karena Ikrimah bukanlah pemuda dari jazirah Arab melainkan dari Barbar, penduduk Maghribi atau Maroko sekarang.

"Artinya, keterbatasan keadaan tak membatasi kita hari ini untuk punya cita-cita untuk menjadi orang sebagaimana diharapkan oleh Allah dan rasul-Nya. Lewat interaksi dengan Al-Quran, saya pikir ini menjadi sebuah solusi konkrit yang bisa kita lakukan," ujarnya.

Dan, yang terpenting menurut Nawawi, adalah bagaimana melalui setiap konsolidasi yang dilakukan ada peningkatan kapasitas skill dan superioritas seperti anak-anak dalam konteks kekinian.

Dia mencontohkan Yayasan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan serta Bantuan Kemanusiaan (Ä°HH) yang berbasis di Istanbul. Tiga orang pendirinya tidak punya apa-apa namun memiliki pikiran besar kemudian melangkah dan jadilah IHH dalam 30 tahun bisa beroperasi di 130 negara.

"Pemuda Hidayatullah harus menyiapkan 30 tahun kedepan seperti apa dan itu harus dilahirkan dari masa kita yang oleh Babeh Dzikrullah disebut sebagai pemetaan ruang dan itulah yang harus menjadi mimpi kita," katanya. memungkasi.

Dalam kesempatan MOP Pemuda Hidayatullah ini, penyelenggara mengundang relawan internasional Babeh Dzikrullah sebagai narasumber. Dia aktif dalam berkampanye serta menjadi penghubung dalam upaya rekonsiliasi konflik kawasan khususnya di Asia Tenggara atas beragam konflik horizontal yang masih kerap melanda kawasan ini.

Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah ini juga menginisiasi Hidayatullah Global Forum (HGF) untuk membangun hubungan yang erat dengan saudara-saudara Muslim di regional Asia Tenggara, sebagai upaya untuk berperan dalam perdamaian dunia.

Selain seorang relawan kemanusiaan, Babeh Dizkrullah adalah wartawan senior, perintis berdirinya portal Hidayatullah.com, ex Pemred majalah Suara Hidayatullah dan Brunei Times serta telah melakukan peliputan di sejumlah negara.

Tags