News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Cerita Mazlis Mustafa Terima Telepon dari Istana Wakil Presiden

Cerita Mazlis Mustafa Terima Telepon dari Istana Wakil Presiden

PAGI
itu langit Jakarta cerah. Secerah semangat anak muda yang sedang membereskan perkakas kerja di ruang staf kantor DPP Hidayatullah yang berlokasi di Otista Raya, Polonia, Jakarta Timur itu. 

Usai beres beres dan olahraga ringan di lapangan tenis merah belakang gedung, lelaki itu segera mengambil perlengkapan mandi untuk membersihkan diri. 

Seperti biasa, karena tinggal di lingkungan kantor sekaligus sebagai office boy, ia selalu lebih dulu stand by di ruang kerja ketimbang lainnya yang harus berjibaku dengan kemacetan pagi ibukota. 

Sesaat setelah menyalakan komputer untuk memulai bekerja, tiba tiba telepon kantor berdering. Mazlis B. Mustafa, lelaki itu, sejenak mengurungkan niatnya dan segera menghampiri sumber suara. 

Telepon diangkat.

"Halo, Assalamu 'Alaikum"
"Waalaikumussalam, selamat pagi"
"Maaf dengan siapa ini?"
"Dari Istana Wapres"

Mazlis pun kaget dan sedikit membatin. "Istana Wapres," tanyanya sekali lagi dalam hati masih belum yakin. 

"Baik. Maaf, apa yang bisa dibantu?"

Suara di ujung telepon kemudian menyampaikan maksudnya. Ia ingin mengetahui alamat persis letak Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. 

"Berapa lama perjalanan dari Bandara Sepinggan ke Pesantren Hidayatullah," suara di ujung telepon bertanya dengan nada serius. Mazlis tanpa pikir panjang pun segera menimpali. 

"Naik motor atau naik mobil?," jawab Mazlis dengan nada bertanya. 

Lama tak ada respon di ujung telepon. Setelah beberapa detik, barulah Mazlis menyadari jika panggilan itu bukan telepon biasa. Ini serius. Dari Istana Wakil Presiden (Wapres).

"Tapi saya meresponnya mungkin dianggap seperti main main, karena ngomongin motor," kata Mazlis tertawa yang menceritakan kembali kejadian 9 tahun lalu itu dalam riung santai bersama pengurus PP Pemuda Hidayatullah lainnya di Jakarta, Selasa (13/12/2022). 

Kala itu, maksud ia bertanya "naik motor atau naik mobil" adalah agar jawabannya pas dan akurat. Ia pun selalu geli tiap kali mengingat hal tersebut. Sekretaris Jenderal PP Pemuda Hidayatullah ini mengatakan dapat pelajaran berharga dari kejadian tersebut. 

Telepon dari Istana Wapres tersebut bagian dari prosedur tetap (protap) untuk memastikan kesiapan dan kesediaan acara, termasuk ketepatan lokasi, rute, dan waktu tempuh perjalanan. Semua harus dipersiapkan dengan baik oleh pengawal dan staf Wapres yang melekat. 

Saat itu, Wapres Bapak HM Jusuf Kalla diundang untuk membuka Silaturrahim Nasional (Silatnas) sekaligus milad ke-40 tahun Hidayatullah di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat, Gunung Tembak, Balikpapan, Sabtu (22/06/2013).

Mazlis mengatakan, organisasi termasuk Pemuda Hidayatullah perlu belajar dari ketelatenan, ketepatan, dan disiplin pola yang diterapkan para staf orang nomor 2 di Indonesia itu.

Pria kelahiran Kunak, Tawau, Sabah, Malaysia, ini mengatakan disinilah pentingnya kesediaan data informasi perihal organisasi supaya ketika ada yang butuh, bisa langsung dijawab detail tanpa harus bertanya lagi naik motor atau naik mobil. 

"Apalagi kalau yang nelpon Istana Wapres. Nggak mungkin kan Wakil Presiden dibonceng naik motor dari bandara Sepinggan ke Teritip," katanya tersenyum. 

Dari kejadian tersebut, Mazlis mengaku merengkuh hikmah terutama ihwal pentingnya organisasi berpikir untuk merespon cepat segala hal dengan tepat dan akurat.*/Yacong B. Halike

Tags