News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Pejuang Dakwah Jangan "Baperan"

Pejuang Dakwah Jangan "Baperan"


Oleh Adam Sukiman Langgu*

Gerakan dakwah adalah dalam rangka menyeru manusia kepada kebenaran, mengajak melakukan kebaikan, mencegah dari perbuatan jahat serta menghindarkan dari terjadinya kerusakan. 

Semua itu dapat terwujud, jika dalam diri seseorang tumbuh keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Tumbuhnya keimanan dipastikan akan tercipta keamanan, keselamatan, serta keadilan ditengah masyarakat. Inilah esensi dari Rahmatan lil ‘alamin, yakni menghadirkan rasa kasih sayang diantara umat manusia, bahkan untuk seluruh mahluk.

Dakwah sebagai misi kenabian menuntut kita untuk bisa menjalankannya secara totalitas, agar hasilnya pun memuaskan. Suksenya proses dakwah, menjadi tolok ukur tegak dan tersebarknaya ajaran agama ke seluruh penjuruh dunia. 

Niat yang tulus, tujuan yang mulia, cara dan metode yang benar juga menjadi penentu suksenya tugas dakwah.

Namun juga tidak menuntut kemungkinan, dalam proses dakwah ternyata tidak bebuah hasil yang memuaskan, meskipun cara serta metode yang baik telah kita terapkan.

Tugas kita hanya menyampaikan

Dalam surah Al ‘Araf ayat 178 secara tegas Allah Ta’ala menginformasikan kepada kita semua, terutama kepada para pejuang dakwah untuk tidak “baper” ketika menemukan hasil yang tidak memuaskan dalam proses dakwah.

 مَن يَهْدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلْمُهْتَدِى ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

Artinya: Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.

Ajakan kebaikan yang kita lakukan, belum bisa menjamin akan diterima dan menggerakkan seseorang untuk melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun telah disampaikan terus menerus dan dengan waktu yang lama. 

Sebab urusan hati menjadi domain-Nya. Seseorang mendapat hidayah lalu tergerak dalam ketaatan menjadi hak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita dilarang masuk dalam wilayah itu.

Tugas kita hanya menyampaikan, menyampaikan kebaikan serta kebenaran agama kepada umat manusia yang merupakan konsekwensi sebagai seorang hamba sekaligus khalifah dimuka bumi. Tentu dengan cara yang baik dan benar.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ 

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (QS. An Nahl : 125).

Sehingga seorang da’I tidak boleh merasa baper, terlalu berlebihan atau sensitif, dalam merespon hasil dakwah yang belum memuaskan.

Belajar dari kisah Nabi Nuh 'Alaihisalam 

Kalau mau hitung-hitungan, yang paling layak untuk merasa “baper” adalah Nabi Nuh Alaihisalam. Tugas dakwah yang diemban tidak mudah. Nabi Nuh 'Alaihisalam menghasbiskan waktu 800 tahun dalam menjalankan tugas dakwah, namun hanya mampu menghasilkan 80 kader (pengikut). 

Membayangkan hal ini, tentu masih sangat jauh dengan apa yang kita lakukan hari ini. Sehingga kisah Nabi Nuh 'Alaihisalam menjadi pelajaran agar kita tidak menjadi da’i yang “baperan”.

Agar terhindar dari persaan baper, maka para pejuang dakwah terlebih dahulu perlu meluruskan niat serta mensucikan dirinya lahir dan batin. 

Dengan niat yang lurus akan membuat seseorang jauh dari persaan kecewa, sebab ketika proses dakwah yang dilakukan mencapai keberhasilan, maka dia yakin semuanya atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, begitupun sebaliknya, ketiak menemui kegagalan. Semuanya dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Adapun dengan jiwa yang suci akan mengantarkan segala ucapannya menyentuh relung kalbu manusia, ajakannya akan diterima dengan hati terbuka. Sosok da’i yang suci akan menjadi teladan bagi orang-orang yang diajak meniti jalan kebenaran.

*) Adam Sukiman Langgu, penulis adalah Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah DKI Jakarta.

Tags