News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Gen Z dan Tantangan Peradaban, Saatnya Jadi Aktor, Bukan Penonton

Gen Z dan Tantangan Peradaban, Saatnya Jadi Aktor, Bukan Penonton

 

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, generasi muda Islam hari ini dihadapkan pada ujian besar: mampukah kader muda merealisasikan visi peradaban islam ? 

Pertanyaan itulah yang menggema dalam Gen Z Talk bertema “Dinamika Gen Muda, Globalisasi, dan Peradaban Islam”, yang menjadi bagian dari Mabit Explorer dan mendukung menuju semarak Munas VI Hidayatullah. Acara ini merupakan kolaborasi DPD Hidayatullah Takalar bersama Pesmadai Makassar, dan berlangsung hangat di Pondok Pesantren Tahfidz Ahlul Jannah, Sabtu malam, 4 Oktober 2025.

Dipandu oleh Ustadz Arham dan Bang Abid, diskusi ini menghadirkan semangat dan perdebatan seru hingga lewat tengah malam. Ditemani ubi, jagung, kopi, dan kacang yang disiapkan dengan penuh kehangatan oleh Bang Zulfahmi, bendahara DPD Takalar, suasana malam itu terasa akrab namun bergizi penuh ide dan refleksi.

Dalam diskusi, para peserta mahasiswa dari berbagai kampus seperti Unhas, Unismuh, UIN Alauddin, UNM, STAI Yapis, dan UIT mengulas realitas generasi muda yang dikenal cepat, instan, dan adaptif. Namun di balik itu, ada tantangan besar: bagaimana menyeimbangkan kecepatan digital dan arus globalisasi (pemikiran, gaya hidup, dan politik) dengan kedalaman spiritual dan intelektual ke arah terbangunnya peradaban Islam 

“Pemuda adalah simbol tenaga dan semangat,” ujar ustadz Arham, memulai ruang diskusi peserta. 

“tapi semangat tanpa arah bisa jadi bumerang Karena itu, iman dan takwa menjadi pembeda utama", ujar salah satu peserta. 

Globalisasi harus dipahami bukan hanya sebagai ancaman, melainkan peluang untuk memperluas kontribusi Islam ke ranah global , ujar bang Abid dalam pengantarnya 

Dari objek menjadi Subjek

Para pembicara sepakat bahwa generasi muda hari ini tidak boleh hanya menjadi subjek atau sekedar konsumen informasi, tetapi harus naik kelas menjadi kontributor peradaban. Mereka harus “jadi aktor, bukan penonton.” Artinya, pemuda mesti berani memimpin perubahan, bukan sekadar mengikuti tren. Harus memanfaatkan teknologi bukan untuk hiburan semata, tapi sebagai sarana dakwah, edukasi, dan pemberdayaan umat.

Kesadaran keilmuan pun menjadi kunci. Dalam suasana yang semakin kompleks, generasi muda dituntut terus belajar, membaca sejarah, dan memperdalam pemahaman syariat agar mampu menavigasi zaman dengan hikmah. Para elit, di sisi lain, diharapkan membuat program yang adaptif dan menyentuh akar persoalan generasi bukan sekadar seremonial.

Menuju Peradaban Islam yang Visioner

Visi besar Hidayatullah adalah membangun peradaban Islam. Maka, pemuda hari ini perlu menegaskan identitasnya sebagai pelanjut risalah, bukan sekadar penerus zaman. Mereka mesti menjauh dari taqlid buta (follower tanpa berlandaskan kebenaran Alquran dan Sunnah) , menguatkan ilmu, dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk maslahat umat.

Diskusi malam itu menegaskan satu hal penting: dinamika global bukan alasan untuk mundur, melainkan medan juang untuk berkontribusi.

Momen hangat penuh hikmat itu memunculkan rekomendasi yang diajukan para peserta diskusi. 

Rekomendasi untuk Generasi Muda;

1. Bangun kesadaran diri. 

Tentukan arah hidupmu dalam bingkai iman tarbiyah dan dakwah.

2. Perkuat iman dan ilmu. Kombinasi spiritualitas dan intelektualitas adalah fondasi kader peradaban.

3. Gunakan teknologi secara produktif. Ciptakan karya, gagasan, dan gerakan yang membawa manfaat.

4. Belajar dari sejarah. Sejarah adalah cermin arah masa depan.

5. Jadilah aktor perubahan. Karena peradaban tidak dibangun oleh penonton, tapi oleh mereka yang berani melangkah.

5. Lingkungan sangatlah berpengaruh, cari atau ciptakanlah lingkungan yang direkayasa melahirkan aktor peradaban islam. 

Kegiatan ini, sangat diapresiasi ketua DPD takalar ustadz Arham, kegiatan diharapkan bisa dilakukan lagi di Takalar, karena banyak spot-spot wisata yang recommended.

*)PW Sulawesi Selatan

Tags