News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Perjalanan Ketum dan Konsolidasi Kuatkan Gerakan Tri Program

Perjalanan Ketum dan Konsolidasi Kuatkan Gerakan Tri Program


MAKASSAR - Memasuki tahun 2021, Pemuda Hidayatullah terus memantapkan langkah. Sebelumnya, di arena Rakernas pada 27-29 November 2020, Pemuda Hidayatullah telah mengkaji, menyusun, menyepakati, dan menetapkan program kerja. 

Ada 3 tri sukses program yang dicanangkan dalam Rakernas yang berlangsung di Kabupaten Kabumen, Jawa Tengah, itu, yaitu Leadership Training Center (LTC), Lembaga Pendidikan Al Qur'an Bersanad (LPQ), dan Satu Kota/ Kabupaten Satu Penulis (Sakotulis)

Hingga di penghujung tahun 2021 ini, tri program tersebut dapat dijalankan dengan baik meski tetap saja ada keterbatasan di sana sini. Apalagi situasi pandemi turut mempengaruhi mobilitas masyarakat. 

Kendati covid masih gundal gandul, di beberapa daerah derivasi tri program ini dapat digelar secara hibryd dimana Ketum Imam dan jajaran Pengurus Pusat lainnya turut mengisi secara online seperti di Bontang, Balikpapan, Bojonegoro, Bandung, dan Kupang, . 

Pada bulan September-Oktober lalu, sejumlah kota penyelenggara LTC, Ketum Imam terjun langsung membersamai PW yang mengadakan kegiatan yang include kegiatan literasi Sakotulis tersebut mulai dari DKI Jakarta, Malang, Batam, Banda Aceh, Semarang, Surabaya, dan Makassar. 

Pada Jum'at besok (5/11/2021), Ketum Imam kembali keluar daerah yaitu ke Gorontalo untuk berkonsolidasi sekaligus membersamai agenda acara LTC kawan kawan pemuda di provinsi yang berjuluk "Bumi Serambi Madinah" ini.

Ia juga telah diundang untuk menghadiri temu konsolidasi PW Papua Barat yang sekaligus mengagendakan Leadership Training Center pada 19-20 November ini. Demikian pula PW Sumatera Utara pada pekan berikutnya. 

Dengan seabreg amanah di pundaknya itu, ia acapkali hanya 1 atau 2 hari di rumah, setelah itu kembali berjibaku dengan berbagai agenda di luar. Bukannya tidak lelah. Ketum Imam mengaku juga merasakan rasa letih. 

"Penat juga tapi jika dijalani dengan niat semata mengurus umat karena Allah, insya Allah, selalu ada keberkahan dan pertolongan dari Tuhan," katanya dalam salah satu kesempatan.  

Bung Imam pun memahami permintaan pendampingan PW yang ada tersebut sukar dikesampingkan karena umumnya memang masih memulai memantapkan pola gerakan. Namun, hanya soal waktu, Imam yakin, kawan kawan muda di wilayah dan daerah semakin progresif seiring dengan pengalaman yang didapatkan. 


Perjalanan dan Doa

Mengemban tugas memimpin Pemuda Hidayatullah, mobilitas Imam pun meningkat. Jika sebelumnya setiap perjalanan tugas yang diembannya sebagai kuli tinta sebatas melakukan reportase, kini ia harus menjadi konsolidator dan memikirkan berbagai hal berkenaan dengan organisasi. 

Ia pun sering harus meninggalkan keluarga dalam waktu tidak menentu. Namun, ia tetap selalu menyapa dan berbincang dengan keluarga di waktu senggang atau disela-sela perjalanan yang dilakukan. 

Selain itu, Ketum Imam rupanya punya satu kebiasaan setiap kali melakukan perjalanan tugas. Momentum seperti ini, akunya, selalu ia manfaatkan dengan sebaik baiknya, yaitu berdoa.

"Karena itulah satu satunya senjata utama kita, dan, dalam hadits Nabi kan jelas, doa saat perjalanan itu mustajab," katanya seraya menukil hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Ahmad, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah dengan derajat hasan itu. 

Kata Imam, dalam berdoa pun tak melulu musti berbahasa Arab, bahkan dapat dengan bahasa yang kita gunakan sehari hari seperti bahasa Indonesia. Begitupun dengan tempat, tak harus di masjid, tetapi bisa berdoa di mana saja pada tempat yang baik.

"Kemarin ketika kita di atas kapal perjalanan pulang dari Pulau Rubiah, saya mendoakan kesehatan dan aliran kebaikan selalu untuk bapak Pemimpin Umum dan Ketua Umum," kata Imam saat didapuk menyampaikan laporan perjalanan selepas shubuh di Pondok Pesantren Hidayatullah Kampung Nusa, Aceh Besar, sehari setelah perjalanan survei lahan dakwah di Kota Sabang, Selasa (19/10/2021). 

Memimpin organisasi dengan jaringan membentang nusantara tentu bukanlah pekerjaan sederhana. Belum lagi dengan berbagai dinamika yang ada di dalamnya. Sebuah amanah yang tentu tidak saja menyita waktu, tenaga, dan pikiran, melainkan juga menuntut kecermatan dan kemampuan mengkonsolidasi. 

Itulah beban yang ada di pundak Imam Nawawi yang diamanahkan sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah. Sejak dilantik pada 9 Januari 2020 dalam Musyawarah Nasional VII Syabab Hidayatullah di Jakarta, Imam langsung tancap gas. 

Namun, ketika mulai menggodok strategi dan kepengurusan baru beberapa bulan berjalan, virus corona tiba tiba melanda Indonesia. Di awal kepengurusan itu, sebagian besar PW Pemuda Hidayatullah akhirnya melakukan Muswil secara online. Kebijakan pemerintah yang membatasi mobilitas masyarakat, mulai dari PSBB hingga PPKM, mau tak mau, harus diikuti demi menekan laju pandemi. 

Tak dinyana, pandemi ini rupanya berkepanjangan dengan dampak ikutan yang luar biasa, tidak saja terhadap ekonomi, tetapi juga dalam cara kita menjalani keseharian. Hingga kemudian muncul istilah "new normal" sebagai pola hidup dengan adaptasi baru akibat dampak dari virus dari Wuhan ini. 

Pandemi tidak menyurutkan semangat, termasuk intensitas kegiatan Pemuda Hidayatullah di berbagai wilayah di Tanah Air. Dalam kesempatan acara Majelis Online Pemuda (MOP) yang digelar pada Sabtu malam, (13/6/2020), Ketum Imam menekankan bahwa pemuda harus terus berupaya produktif dan berkiprah positif meskipun tengah berada dalam situasi sulit seperti di masa pandemi Covid-19.

Ketum Imam dalam kesempatan MOP mengangangkat topik "Menembus Delapan Penjuru: Merancang Sumbangsih Pemuda di Kancah Antarbangsa" itu mengatakan, andaipun kemudian wabah Covid-19 berjalan sampai 3 tahun yang masanya sama dengan periode kepengurusan Pemuda Hidayatullah, maka segala upaya gerakan harus terus dilakukan meskipun dengan segala dinamikanya.

"Maka apa yang bisa kita lakukan kita sudah menemukan jawabannya bahwa kita harus terus melakukan konsolidasi wawasan, konsolidasi organisasi dan konsolidasi ilmu," katanya. 

Imam mengilusrasikan kondisi wabah yang melanda kita saat ini seperti masa dimana Rasulullah diboikot selama 3 tahun. Namun bagaimana pun kondisinya, dia menegaskan, tak menghentikan kreatifitas kita untuk bergerak.

"Mudah-mudahan setelah ini semakin ada progresif. Ada internet yang tidak bisa menghalangi kita untuk melakukan berbagai hal positif. Penting juga tadi yang disampaikan tentang ketahanan informasi," imbuhnya. Ketahanan informasi, lanjut dia, adalah sebagai sebuah sarana untuk membangun kekuatan diri di dalam merespon keadaan.

Dan hal itu, menurut Nawawi, sangat penting karena ini adalah warisan dari pendiri Hidayatullah Abdullah Said yang telah membangun media sebagai bagian dari ketahanan informasi.

"Kita tidak boleh terbatas oleh keterbatasan kita. Mari menjadi orang yang punya optimisme tinggi walaupun situasinya sulit," kata Nawawi seraya menukil tafsir Surat Ar-Rum, ayat 1-7. (ybh/hio)

Tags