Menanti Sosok Pemimpin Ideal untuk Jawa Timur
Oleh Adib Nursyahid, M.Pd*
Menjelang akhir tahun 2024, Indonesia memasuki periode pemilihan kepala daerah di berbagai wilayah, termasuk Jawa Timur, yang dikenal sebagai salah satu pusat sumber daya manusia.
Pilkada kali ini menarik perhatian karena munculnya figur calon pemimpin perempuan, dengan pasangan calon laki-laki. Namun, apakah popularitas saja cukup untuk menentukan pemimpin yang ideal?
Kepemimpinan dan Kriteria Ideal
Jika popularitas menjadi ukuran utama dalam pemilihan kepala daerah, maka makna kepemimpinan menjadi sangat sempit.
Menurut The Leadership Challenge oleh James Kouzes dan Barry Posner (2017), pemimpin ideal harus menjadi teladan dalam perilaku, pengetahuan, dan kehidupan sehari-hari.
Lebih dari itu, seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas dan mampu membawa masyarakat menuju kemajuan di masa depan.
Dalam kajian tersebut, kejelasan visi dan kemampuan untuk memberi teladan merupakan indikator utama kepemimpinan yang sukses.
Keadilan dan Pelayanan
Keadilan adalah prinsip dasar kepemimpinan yang tidak bisa diabaikan. Penelitian oleh Peter Northouse dalam Leadership: Theory and Practice (2018) menunjukkan bahwa keadilan dan pelayanan adalah dua pilar utama kepemimpinan yang efektif.
Pemimpin yang adil akan mendapat dukungan dari masyarakat, sementara ketidakadilan akan membuatnya ditolak.
Selain itu, pemimpin yang baik adalah pelayan masyarakat yang senantiasa berpikir tentang cara memberikan pelayanan terbaik.
Hal ini juga sejalan dengan prinsip yang diajarkan dalam Servant Leadership oleh Robert K. Greenleaf (1977), yang menekankan pentingnya kepemimpinan sebagai pelayanan.
Kepribadian dan Nilai Agama
Kepemimpinan tidak hanya memerlukan kecerdasan akademik, tetapi juga kepribadian agama yang kuat. Penelitian oleh Pew Research Center (2019) menunjukkan bahwa pemimpin dengan nilai-nilai agama yang kuat cenderung lebih dipercaya dan dihormati oleh masyarakat.
Pemimpin harus mampu memberi contoh perilaku Islami, karena nilai-nilai agama akan membentuk cara berpikir dan keputusan yang diambil.
Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, laki-laki memiliki fitrah sebagai pemimpin (qawwam), yang berarti mereka harus mampu memimpin, melindungi, menafkahi, dan mendidik, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Krisis Kepemimpinan dan Visi 2045
Menjelang visi Indonesia Emas 2045, yang menandai 100 tahun kemerdekaan, persiapan kepemimpinan yang matang adalah kunci.
Menurut Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), untuk mencapai visi ini, Indonesia memerlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Sayangnya, Indonesia masih menghadapi krisis kepemimpinan, di mana banyak pemimpin tidak memenuhi kriteria ideal yang dibutuhkan.
Sebuah studi oleh McKinsey & Company (2020) menunjukkan bahwa kurangnya kepemimpinan yang berkualitas dapat menghambat pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang.
Kesimpulan
Sebagai pemilih, penting untuk memilih pemimpin berdasarkan kepribadian agama, pengetahuan, dan integritasnya, bukan hanya popularitas.
Di Jawa Timur, sangat diharapkan ada sosok laki-laki yang memenuhi kapasitas kepemimpinan sesuai dengan prinsip qawwam, yang dapat memajukan daerah ini dengan kebijaksanaan dan keadilan.
Semoga Allah memberkahi kita dengan pemimpin yang sesuai dengan prinsip qawwam di masa depan.
*)Penulis adalah Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah Jawa Timur