Harkitnas dan Lahirnya Pemuda Pejuang
Oleh Bustanol Arifin*Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tanggal 20 Mei ini selalu dikaitkan dengan kebangkitan kaum muda. Pasalnya, pada tahun 1908 beberapa pemuda (mahasiswa) Indonesia yang terpanggil jiwanya untuk memperbaiki dan meningkatkan harkat dan martabat bangsanya. Mereka berkumpul lalu kemudian mendirikan sebuah organisasi bernama Boedi Oetomo.
Di prakarsai oleh dr. Wahidin Sudirohusobo, dr. Sutomo, Soeradji dan tokoh pendiri lainnya. Lahirnya organisasi ini kemudian disambut baik oleh masyarakat di seluruh tanah air, khususnya para pemuda. Organisasi yang pada awalnya hanya fokus pada perbaikan pendidikan, berkembang ke bidang sosial, bidaya dan politik. Dari rahim Boedi Oetomo ini tidak sedikit yang kemudian menjadi pemimpin besar di republik Indonesia.
Lalu, apa yang menarik dari Hari Kebangkitan Nasional ini ? Apakah tentang dr. Sutomo, seorang pemuda yang menjadi pelopor berdirinya organisasi Boedi Oetomo atau tentang kisah heroik bagaimana para founding father memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ? tentu saja tulisan ini tidak akan mengomentari tentang ketersinggungan antara peringatan Hari Kebangkitan Nasional atau tentang organisasi Boedi Oetomo.
Peristiwa tersebut hanya untuk melukiskan begitu strategisnya hubungan pemuda dengan sebuah organisasi dalam mewujudkan cita-cita besar. Karena saking strategisnya, pemuda dan organisasi ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Bahkan, pemuda dan organisasi pada saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan primer, bukan hanya untuk kepentingan pribadi atau golongan sahaja, namun untuk skala lebih besar yakni bangsa, Negara dan agama.
Pemuda dimaksud adalah pemuda yang punya idealisme tinggi. Dalam islam, pemuda dengan idealisme tinggi adalah yang beriman dan berkomitmen akan keimanannya. Pemuda yang konsisten pada manhaj perjuangan. Ia tidak di silaukan dengan kepentingan pribadi atupun golongan. Kisah pemuda ashabul kahfi adalah gambaran sosok pemuda yang punya idealisme. Mempertahankan keimanannya ditengah gempuran pemimpin diktator dan kedzaliman.
Sejarah mencatat bahwa seorang pemuda bernama Abdullah Said (pendiri Hidayatullah) dengan idealismenya yang sangat luar biasa, mampu membangun sebuah miniatur peradaban yang secara logika nyaris tidak mungkin diwujudkan. Keterpanggilan jiwanya untuk mengurus umat patut untuk di tiru oleh generasi selanjutnya. Perjuangannya yang tanpa pamrih untuk sebuah cita-cita mulia, yakni tegaknya peradaban Islam.
Namun demikian, Abdullah Said tidaklah sendirian dalam memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita besarnya. Dia mengajak orang-orang yang punya idealisme dan cita-cita serupa, yakni tegaknya peradaban islam. Mereka bertemu kemudian bersama-sama berjuang tanpa melihat status sosial dan latar belakang pendidikan.
Disamping itu, mereka menyadari untuk berlayar menuju pulau kemenangan, dibutuhkan sebuah kendaraan yang bisa menampung semua orang. Kendaraan itu bernama organisasi, tempat berkumpulnya para penumpang yang berbeda-beda dengan tujuan akhir yang sama.
Melalui rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini, setidaknya ada dua point penting yang mesti menjadi catatan bagi para pemuda penerus perjuangan bangsa Indonesia kedepan. Pertama, pemuda itu sendiri. Seringkali orantua kita menggelari pemuda itu dengan sebutan Agent of Change (Agen perubahan). Karena di tangan pemudalah estafeta kepemimpinan itu berada. Seperti perkataan Ir. Sukarno “Beri aku 10 pemuda, niscaya aku goncangkan dunia”. Artinya, pemuda mempunyai peran strategis dalam setiap derap langkah kemajuan sebuah bangsa.
Pemuda merupakan motor penggerak sebuah perubahan. Jiwa berkorban yang selalu bergelora dan mempunyai idealisme yang tinggi untuk sebuah tujuan yang pasti. Para pemuda rela berkorban tanpa melihat berapa ongkos yang harus keluar bahkan, nyawa menjadi taruhan. mereka yang bangkit manakala melihat kedzaliman merajalela, kemungkaran dan kerusakan terlihat dimana-mana.
Kedua, organisasi. Pemuda dengan kekuatan berfikirnya yang tajam dan kekuatan fisiknya yang bugar membutuhkan sebuah wadah untuk menuangkan gagasan-gagasan besarnya. Bangsa yang besar ini akan sangat sulit untuk maju jika dilakukan sendirian.
Wadah itu bernama organisasi, didalamnya mereka bisa membangun kekuatan bersama, bergerak bersama untuk mencapai tujuan satu, yakni terbangunnya peradaban bangsa yang berkemajuan.
Apalagi jika yang diperjuangkan adalah tegaknya peradaban islam. Maka, wadah berkumpul menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki oleh para pemuda islam. Mereka tidak mungkin bisa berjuang menegakkan islam rahmatan lillamin ini sendirian. Sementara musuh menyusun kekuatan besar dengan persiapan dan kesolidan yang matang.
Alhasil, Islam akan jaya, peradaban akan tegak, bangsa dan Negara akan maju, jika kedua unsur di atas kemudian dimiliki oleh para pemuda, yakni pemuda dengan idealisme pejuang dan organisasi sebagai wadah perjuangan. Maka, akan lahir para pemimpin besar kelak yang akan membawa kemajuan pada agama, bangsa dan Negara Indonesia tercinta.
___
*) Bustanol Arifin, penulis adalah Kepala Departemen Organisasi Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah