News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Meneguhkan Komitmen Perjuangan

Meneguhkan Komitmen Perjuangan

Oleh Imam Nawawi (Ketua Umum Pemuda Hidayatullah)

KATA perjuangan sangat heroik dalam masa kemerdekaan, namun tidak dengan masa kini. Rata-rata orang lebih memilih rebahan dibanding berjuang. Terlebih sekarang adalah era dimana ekonomi menjadi induk dari segala acuan.

Oleh karena itu tidak heran jika manusia melakukan segala cara untuk mendapatkan, mengumpulkan, dan mengendalikan apapun, termasuk kekuasaan. Tanpa satu titik pun ruang untuk yang namanya pengorbanan.

Lagu hari ini adalah bagaimana dengan modal sekecil-kecilnya mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Sebuah lagu yang memanjakan pikiran, hingga akhirnya tanpa disadari telah menjadikan pikiran manusia yang besar itu menjadi kerdil, dari kemanusiaan pada keuntungan, dari peradaban pada kebiadaban.

Maka tidak heran jika kini para pemimpin di banyak negara bukan memilih mengorbankan apapun demi rakyat, tapi rakyat itulah yang harus dikorbankan.

Dalam situasi demikian, tak ada pilihan selain kesadaran kaum muda untuk menyiapkan diri mengambil tanggungjawab dengan meneguhkan komitmen perjuangan sedini mungkin, sekarang juga dan segera berlomba-lomba mewujudkannya.

Ustadz Abdullah Said dan Hutan

Sebuah fakta bagaimana komitmen perjuangan ditegakkan bisa kita lihat dari sejarah perjuangan Ustadz Abdullah Said menempa diri hingga akhirnya mendirikan Pesantren Hidayatullah.

Awang Faruk dalam sebuah even nasional Hidayatullah di Asrama Haji Batakan Balikpapan pernah mengisahkan bahwa kala dirinya selesai kuliah, ia menempuh karir sebagai ASN di Pemprov Kaltim.

Namun tidak dengan Abdullah Said muda. Ia lebih memilih tinggal di hutan, merintis pesantren dengan aktivitas membabat semak belukar dan merintis pertanian dan pesantren di Gunung Tembak.

Awang menambahkan, kini saat saya menjadi Gubernur ia telah membuat karya berupa pesantren dari Kalimantan untuk Indonesia, karena Pesantren Hidayatullah telah eksis di seluruh Indonesia.

Kisah di atas sangat jelas menerangkan kepada kita bahwa sebuah perjuangan kadang memang terlihat sederhana, bahkan tidak terlihat ada apa-apanya. Namun, kala diyakini, dijalani, ditekuni, akhirnya akan membuat sebuah arus besar yang menyedot perhatian banyak orang.

Sepenggal kisah ini memberikan sebuah pertanyaan fundamental bagi segenap kader pemuda.

Pertama, apa yang sebenarnya kita lakukan selama ini di lembaga perjuangan ini?

Jawaban atas pertanyaan ini akan mendorong kita kembali pada titik ideal dalam hal niat, obsesi, hingga misi dalam hidup. Jika jawabannya negatif, sudah barang tentu, kita akan sulit berjuang, meski di lembaga yang lahir dan besar dari sebuah perjuangan dan pengorbanan orang-orang yang bervisi peradaban.

Kedua, bagaimana kita akan berjuang?

Ustadz Abdullah Said berjuang dengan membabat hutan, merintis pesantren dan menyebarkannya hingga seluruh Nusantara. Lantas bagaimana dengan kita?

Jawaban yang jelas bagaimana kita akan berjuang akan membawa diri pada fokus tinggi, sehingga pikiran, tenaga, dan kecenderungan bukan pada apa yang berubah-ubah di media massa lebih-lebih media sosial.

Jika lembaga kini telah ada di seluruh Indonesia dan kebutuhan akan SDM sangat tinggi, sudah sangat jelas apa yang mestinya dilakukan oleh pemuda, yakni bagaimana melakukan training, upgrading untuk lahirnya SDM lembaga yang visioner, loyal, dan profesional.

Dan, ketiga, kapan kita akan mencapai kemenangan?

Pertanyaan ini juga penting agar ada peningkatan etos juang, etos kerja, etos keilmuan yang terus ditingkatkan. Jika tidak, maka cenderung diri akan mudah puas dan akhirnya lambat dalam banyak hal, termasuk merespon perubahan yang terjadi di sekitar kita.

Ustadz Abdullah Said pernah menyampaikan, “Sebenarnya kita sangat terlambat memulai pekerjaan ini sehingga kita harus melakukan percepatan".

Bayangkan, beliau mendambakan dan berorientasi pada percepatan capaian perjuangan. Ini berarti kader muda mesti sadar dan peka, melihat keadaan kemudian menentukan strategi dan langkah efektif memenangkan dakwah dan tarbiyah.

Apabila ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh segenap kader, terlebih Sistematika Wahyu menjadi mindset dalam hidup, insya Allah komitmen perjuangan itu akan semakin membara, teguh, dan berkobar.

Seperti hujan yang membasahi bumi, akan tumbuh beragam tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan. Di sini, kader muda lembaga harus mulai melakukan perenungan, terutama di penghujung Ramadhan seperti sekarang, setidak-tidaknya dengan menggunakan panduan tiga pertanyaan di atas.

Sebuah catatan penting harus dimasukkan dalam sistem kesadaran berpikir kita bahwa jika kita berjuang menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita. Ini bermakna, jangan tanggung-tanggung di lembaga ini, kalau memang mau berjuang, mari totalitas, mari sungguh-sungguh, dan mari tunjukkan dengan komitmen pada sistem organisasi dan bersama kita lahirkan prestasi dan dedikasi tertinggi untuk Ilahi Rabbi. Allahu a'lam.*

Tags