News Breaking
PHTV
wb_sunny

Breaking News

Inilah Peran Penting Instruktur LTC Pemuda Hidayatullah

Inilah Peran Penting Instruktur LTC Pemuda Hidayatullah


JAKARTA -
Menjadi instruktur memang tidak mudah, namun ia harus dimulai dengan berlatih. Karena itulah Pemuda Hidayatullah memiliki wadah diklat bernama Training of Trainer (TOT) untuk melahirkan tenaga instruktur untuk membidangi penyelenggaraan Leadership Training Center (LTC) dan Lemaga Pendidikan Al Qur'an Bersanad (LPQ). 

Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah Imam Nawawi mengingatkan peran penting seorang instruktur. Menurutnya, seorang instruktur berarti menyandang predikat istimewa. Apa itu? 

"Sahabat sahabat yang telah selesai mengikuti forum TOT LTC dan LPQ adalah mereka yang telah menyandang predikat sebagai instruktur. Itu berarti, manhaj dan apa yang kita peroleh di dalam arena TOT itu menjadi satu bagian dari karakter yang harus melekat di dalam diri kita," kata Ketum Imam. 

Hal tersebut disampaikan Ketum Imam dalam pengantarnya membuka acara Konsolidasi Nasional Pemuda Hidayatullah bagian Tengah & Timur meliputi Daerah Istimewa Provinsi Bali, Papua, Papua Barat, Kalimantan dan Sulawesi yang berlangsung secara virtual pada Senin (14/6/2021).

Seorang instruktur, jelas Imam, jika merujuk bahasa manhaj, berarti dia adalah seorang murabbi yang oleh karena itu ia punya tanggungjawab besar untuk mengerti tentang masalah masalah hidup ini, tidak saja dari perspektif ilmu keduniawiaan tetapi juga ukhrawi.

"Maka dengan demikian, seorang instruktur itu tidak akan pernah nyenyak tidurnya. Tidak pernah tenang hidupnya sampai betul betul dia memiliki mutarabbi yang dapat dipastikan akan melanjutkan estafeta perjuangan dakwah,"  katanya. 

Menurut Imam, instruktur juga adalah seorang leader atau pemimpin. Maka sudah semestinya pemimpin itu menghadirkan karya. 

Dan, dalam rangka untuk menguatkan apa yang disebut dengan sistem imamah jamaah, terang Imam, maka sudah barang tentu leadership yang dimiliki harus diarahkan pada landasan yang kokoh yaitu pada manhaj dan sistem organisasi itu sendiri. 

Yang tak kalah penting, dengan menyandang dua status tadi (murabbi dan leader), maka seorang instruktur juga adalah seorang ideolog. 

"Ideolog itu dia bekerja, berkarya dan berjuang walaupun sekelilingnya baik manusia, fakta maupun realita menentang atau memperolok-olok. Ideolog tetap berjuang walaupun semua kelihatannya mustahil," katanya. 

"Orang orang yang memiliki kapasitas idelog ini tidak akan pernah perduli dengan rumitnya keadaan, semustahil apapun keadaan itu menghalangi apa yang menjadi tujuannya," lanjutnya. 

Imam melanjutkan, kita bisa belajar sisi ideologi ini pada bagaimana sikap Rasulullah Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam ketika ditawari menjadi raja, mendapat istri dan harta yang melimpah. 

Saat ditawarkan hal yang amat menggiurkan itu, Rasulullah hanya mengatakan, seandainya matahari diletakkan di tangan kanannya dan rembulan di tangan kirinya, maka hal itu tidak akan pernah menghentkan dakwahnya. 

"Itulah nafas nafas seorang idelog, yang, kalau kita lihat dalam peradaban Barat, juga sama," kata Imam. 

Imam lantas mencontohkan sosok Karl Max yang dikenal sebagai intelektual murni. Satu satunya kekayaan yang ada pada diri Karl Max adalah wacana dan pemikirannya tentang materialisme. 

"Karl Max tidak mendapatkan dukungan apapun dari siapapun, hingga kemudian berkelana lalu ia bertemu Friedrich Engels yang kelak menjadikan pikiran pikiran Max bertebaran dan hari ini memiliki banyak pengikut," terang Imam. 

Berkaca dari hal itu, Imam mengatakan, seorang idelog melihat apa yang dilakukan hari ini adalah nafas panjang dan dia mengajak kader Pemuda Hidayatullah menyadari itu. "Karena, tanpa kesadaran ideologi ini, kita tidak akan memiliki energi besar," cetusnya. 

Spirit Al Qur'an

Lebih jauh Imam mengatakan, seorang idelog itu selalu berbicara tentang mimpinya yang akan datang ketika apa yang menjadi pikirannya, keyakinan, dan harapannya betul betul bisa dipercaya banyak orang dan kemudian berbondong bondong mewujudkannya.

Sebagai muslim dengan Al Qur'an sebagai sumber inspirasinya, maka mestinya pemuda lebih dari sekedar apa yang dilakukan Karl Max yang sepanjang hidupnya menderita demi ide ide materialismenya. 

"Bagaimana mungkin kita tidak yakin bahwa diri kita adalah seorang ideolog sedangkan Al Qur'an itu mengajak kita untuk berfikir panjang melihat dengan jangkauan yang lintas batas. Kita juga diajak melihat alam kubur dan alam akhirat," kata Imam. 

Spirit ideolog tersebut itu semua tidak menuntut kita untuk melakukan hal hal seperti Nabi Musa membelah laut, atau seperti Nabi Daud yang mengelola besi dengan tangannya. "Tapi cukup dengan ketaatan kepada Allah SWT," ujarnya. 

Bagi Imam, kerja kerja di Pemuda Hidayatullah melalui berbagai pelatihan, insya Allah, akan menjadi jawaban bahwa ke depan kita akan memiliki pemimpin yang baik, beriman, dan bertakwa. 

Imam lalu menukil sebuah kisah nyata yang didapatnya dalam kitab Miftah Daris Sa'adah karya Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, di sana dikisahkan pada suatu hari Imam Hasan Al Basri berjalan lantas mendengar seseorang pemuda berdoa.

"Ya Allah, hancurkanlah Al Hajjaj". Al Hajjaj adalah pemimpin yang berkuasa ketika itu. 

Maka Hasan Al Basri menegur pemuda itu mengapa ia berdoa demikian. Hasan Al Basri pun lalu berkata: 

"Sesungguhnya tidaklah Allah mengirimkan pemimpin seperti Al Hajjaj itu melainkan karena karakter kalian itu sendiri. Kalian tidak mungkin dipilihkan oleh Allah pemimpin seperti Abu Bakar atau seperti Umar jika karakter kalian seperti itu". 

"Maka, kalau kamu berharap bahwa Tuhan menggulingkan Al Hajjaj, saya khawatir kamu dipimpin oleh yang berkarakter lebih buruk lagi dari dia seperti serigala".

Menurut Imam, demikian itu menjadi gambaran betapa buruknya pemimpin yang dikirimkan oleh Allah bagi orang yang mengharapkan suatu perubahan atau kebaikan tapi ia tidak mengubah karakternya dirinya sendiri.

"Di sini saya mendapati satu spirit bahwa Allahuyarham Abdullah Said dengan mendirikan Pesantren Hidayatullah itu adalah dalam rangka melahirkan manusia manusia yang memiliki visi dan akhlakul karimah, memiliki budaya shalat berjamaah, dekat dengan Al Qur'an, cinta terhadap dakwah dan pada akhirnya dari sana akan lahir kepemimpinan yang kuat, visioner, kepemimpinann yang membebaskan manusia dari jeratan materialisme," terang Imam. 

Dengan demikian, Imam melanjutkan, jangan pernah ragu apalagi timbul perasaan dan pikiran "rugi" jika menjalankan amanah di Pemuda Hidayatullah ini. 

"Yakinlah, setiap kali training yang kita lakukan, di sana Allah akan melihat bahwa ada upaya nyata dari barisan Pemuda Hidayatullah untuk melahirkan pemimpin masa depan yang lebih baik," pungkasnya. (ybh/hio)

Tags